Tetapi Yesus tidak menghiraukan perkataan mereka dan berkata kepada kepala rumah ibadat: “Jangan takut, percaya saja!” (Markus 5:36)
Takut dan percaya merupakan dua kata yang selalu bertentangan satu dengan yang lainnya. Ketakutan dan percaya tidak bisa berjalan seiring. Keduanya benar-benar berbeda. Bila kita hidup dengan percaya, maka ketakutan dengan segera menyingkir. Sebaliknya bila ketakutan menguasai maka kepercayaan kita akan luntur. Orang benar akan hidup oleh percayanya, yaitu oleh imannya.
Ketakutan adalah lawan dari iman. Hidup dalam iman dapat juga diartikan sebagai hidup tanpa iman. Ketakutan mempunyai kekuatan untuk menarik dan mengambil hal-hal ysang berharga dalam hidup kita, seperti : damai sejahtera, sukacita, kebahagiaan, kasih, penguasaan diri dan sebagainya. Ketakutan memiliki potensi negatif, iman memiliki potensi positif.
Oleh karena itu, dengan siapakah kita bergaul dan berteman, menentukan pertambahan atau pengurangan iman kita di hadapan Tuhan. Adakalanya kita perlu mengambil sikap tegas seperti Tuhan Yesus dengan tidak menghiraukan perkataan orang yang melemahkan (mengurangi) iman kita. Kalau kita hidup berdasarkan apa kata orang dan bukan apa kata Firman Tuhan, maka lambat laun iman kita akan semakin lemah. Belum lagi kalau kita ijinkan situasi yang ada disekitar kita mencoba membuat kita takut. Memang setiap orang pasti suatu saat mengalami ketakutan, tetapi sebagai orang yang percaya kepada Allah, kita tidak boleh membiarkan ketakutan itu menguasai hati kita.
Sikap yang benar ketika ada perasaan takut, adalah berpaling kepada Allah dan kepada janji-janji-Nya. Minta perlindungan dari allah melalui doa dan usirlah setiap pekerjaan iblis yang berusaha mengintimidasi dalam nama Tuhan yesus, dan biarkan kehendak Allah yang terjadi dalam kehidupan kita. Percaya bahwa Roh yang ada di dalam diri kita lebih besar dari pada roh-roh yang ada di dalam dunia. Kitalah umat pemenang. Amin.